Omah Dome, merupakan sebuah komplek tempat tinggal yang berada di dusun Ngelepen, desa Sumberharjo, Kecamatan Prambanan. Komplek tempat tinggal ini merupakan komplek tempat tinggal dari relokasi warga yang sebelumnya tinggal di dusun Sengir. Warga dusun Sengir direlokasi karena kondisi tanah tempat mereka tinggal ‘ambles’ akibat gempa bumi yang terjadi pada tanggal 27 Mei 2006 di Yogyakarta. Omah Dome sangatlah unik bentuknya menyerupai setengah bola, berwarna putih, dan lebih mirip tempat tinggal dari ‘teletubies’, sebuah tayangan yang pernah populer di awal tahun 2000-an.
Tampak Depan Candi Banyunibo |
Perjalanan kami mulai sekitar pukul 06.00 WIB. Berbeda dari biasanya perjalanan kali ini hanya kami lakukan bertiga, jeftri, farhan, dan saya. Jalur yang kami lalui adalah Jongkang Baru – Gg. Timor – Jakal – Asrama TNI 403 – Condongcatur – Candi Gebang – Stadiun Maguwoharjo – Selokan Mataram – Bogem – Prambanan – Kawasan Candi Ratu Boko.
Selamat Pagi !
Seperti hari-hari minggu sebelumnya, hampir setiap minggu pagi, kami berencana untuk membuat sebuah perjalanan bersepeda ke beberapa tempat yang kami pandang menarik. Namun, minggu ini (29/02/2012) baru sekitar 20 meter dari rumah saya, sepeda saya keluarkan, tiba-tiba seorang teman saya (Farhan) mengingatkan saya kalau ban saya kempes. Padahal sebelum berangkat saya telah memompanya, namun ternyata ban saya bocor. Walhasil kami pun tidak jadi bersepeda dan pulang kembali ke rumah kami masing-masing. :(
Daripada tidak jadi bersepeda saya pun berinisiatif untuk melakukan sesuatu yang berhubungan dengan sepeda. Kebetulan pernah suatu kapan, saya melihat sebuah tutorial mengenai pembuatan bike stand dengan menggunakan pipa paralon di youtube. Bentuknya cukup sederhana, selain itu bahannya mudah didapat, dan tidak perlu keahlian khusus seperti mengelas untuk membuatnya. Yang penting bisa ‘Ngraji’.hehehe. Pada bahan-bahan saat skripsi saya dulu yaitu beberapa potong Pipa Paralon bekas beserta kelengkapannya seperti knee, shock, dan T masih saya simpan. Dari situlah ide awal muncul untuk mendayagunakan kembali bahan-bahan tersebut.
Langsung saja, untuk membuatnya alat yang dibutuhkan hanya sederhana yaitu gergaji dan spidol. Gergaji digunakan untuk memotong pipa agar sesuai dengan ukuran yang kita inginkan sedangkan spidol digunakan untuk menandai lokasi yang mau kita gergaji. Kalau mau lebih akurat, sebelum ditandai dengan spidol, kita dapat mengukurnya dengan meteran atau penggaris, tapi kebetulan karena tidak menemukan meteran bapak saya, ilmu kira-kira pun saya gunakan..hehehehe…
Seperti hari-hari minggu sebelumnya, hampir setiap minggu pagi, kami berencana untuk membuat sebuah perjalanan bersepeda ke beberapa tempat yang kami pandang menarik. Namun, minggu ini (29/02/2012) baru sekitar 20 meter dari rumah saya, sepeda saya keluarkan, tiba-tiba seorang teman saya (Farhan) mengingatkan saya kalau ban saya kempes. Padahal sebelum berangkat saya telah memompanya, namun ternyata ban saya bocor. Walhasil kami pun tidak jadi bersepeda dan pulang kembali ke rumah kami masing-masing. :(
Daripada tidak jadi bersepeda saya pun berinisiatif untuk melakukan sesuatu yang berhubungan dengan sepeda. Kebetulan pernah suatu kapan, saya melihat sebuah tutorial mengenai pembuatan bike stand dengan menggunakan pipa paralon di youtube. Bentuknya cukup sederhana, selain itu bahannya mudah didapat, dan tidak perlu keahlian khusus seperti mengelas untuk membuatnya. Yang penting bisa ‘Ngraji’.hehehe. Pada bahan-bahan saat skripsi saya dulu yaitu beberapa potong Pipa Paralon bekas beserta kelengkapannya seperti knee, shock, dan T masih saya simpan. Dari situlah ide awal muncul untuk mendayagunakan kembali bahan-bahan tersebut.
Langsung saja, untuk membuatnya alat yang dibutuhkan hanya sederhana yaitu gergaji dan spidol. Gergaji digunakan untuk memotong pipa agar sesuai dengan ukuran yang kita inginkan sedangkan spidol digunakan untuk menandai lokasi yang mau kita gergaji. Kalau mau lebih akurat, sebelum ditandai dengan spidol, kita dapat mengukurnya dengan meteran atau penggaris, tapi kebetulan karena tidak menemukan meteran bapak saya, ilmu kira-kira pun saya gunakan..hehehehe…
Gergaji dan Spidol |
Siang yang panas ini
(26/01/2012) ditengah kegalauan mencari bapak dosen yang tidak kunjung hadir di
kampus, akhirnya saya dan si supra pun memaksa untuk meninggalkan kampus. Saat
itu, waktu menunjukkan pukul 12,
beberapa muadzin pun bersahut-sahutan memanggil manusia-manusia di dunia, untuk
luruh sejenak dari aktivitasnya dan menjalankan salah satu kewajiban, yaitu
Sholat.
Sudah lama saya tidak sholat berjamaah di masjid luar, dan akhirnya kedua tangan saya pun menuntun saya untuk mengarahkan raga ini ke salah satu masjid yang terletak di tengah pusat kota Jogja, Masjid Gedhe Kauman. Masjid ini terletak di sebelah barat laut Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Masjid ini cukup besar dan memiliki nafas sejarah yang amat kuat. Tercatat organisasi masyarakat Muhammadiyah berdiri dan berawal dari sini. Sang pendiri Muhammadiyah, Kyai Ahmad Dahlan, adalah seseorang penduduk yang tinggal di sekitar Masjid Gedhe Kauman, yaitu kampung Kauman. Kata Kauman berasal dari kata Qoimuddin (http://adabydarban.blogspot.com), yang berarti Penegak Agama. Oleh karena itu, dahulunya kampung Kauman dihuni oleh para Ulama Kraton.
Namun sekarang (nampaknya) warga penduduk kauman sendiri sudah bukan lagi para pemuka agama. Hal ini nampak dari tidak begitu aktifnya kegiatan keagamaan di masjid ini. Mungkin hal ini terjadi karena pergeseran nilai dan budaya yang terjadi pada masyarakat yogyakarta, dimana saat ini aktivitas keagamaan banyak berpusat di daerah mahasiswa seperti di sekitar Masjid Kampus UGM dan Masjid Muhajirin UNY.
Sudah lama saya tidak sholat berjamaah di masjid luar, dan akhirnya kedua tangan saya pun menuntun saya untuk mengarahkan raga ini ke salah satu masjid yang terletak di tengah pusat kota Jogja, Masjid Gedhe Kauman. Masjid ini terletak di sebelah barat laut Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Masjid ini cukup besar dan memiliki nafas sejarah yang amat kuat. Tercatat organisasi masyarakat Muhammadiyah berdiri dan berawal dari sini. Sang pendiri Muhammadiyah, Kyai Ahmad Dahlan, adalah seseorang penduduk yang tinggal di sekitar Masjid Gedhe Kauman, yaitu kampung Kauman. Kata Kauman berasal dari kata Qoimuddin (http://adabydarban.blogspot.com), yang berarti Penegak Agama. Oleh karena itu, dahulunya kampung Kauman dihuni oleh para Ulama Kraton.
Tampak Depan Masjid Gedhe Kauman |
Namun sekarang (nampaknya) warga penduduk kauman sendiri sudah bukan lagi para pemuka agama. Hal ini nampak dari tidak begitu aktifnya kegiatan keagamaan di masjid ini. Mungkin hal ini terjadi karena pergeseran nilai dan budaya yang terjadi pada masyarakat yogyakarta, dimana saat ini aktivitas keagamaan banyak berpusat di daerah mahasiswa seperti di sekitar Masjid Kampus UGM dan Masjid Muhajirin UNY.
Di luar hal diatas, hampir sama dengan masjid lain di
Yogyakarta, selain untuk sholat lima waktu, pada siang hari Masjid Kauman
banyak digunakan sebagai tempat untuk melepas lelah dari para wisatawan dan
pekerja yang berkunjung dan berada di sekitar masjid. Selain itu, di saat
Sekaten, beberapa Pengajian besar diadakan di masjid ini, namun tentunya tidak
setiap hari. Kalau tidak salah seminggu sekali.
Dan berikut sedikit oleh-oleh gambar dari perjalanan saya,
Tempat Wudhu Pria di Masjid Gedhe Kauman |
Masjid Gedhe Kauman's Rules ! |
Kaligrafi yang terdapat di Masjid Gedhe Kauman (1) |
Kaligrafi yang terdapat di Masjid Gedhe Kauman (2) |
Sekian!
This content was originally published in my previous blog:
ardiyanblog.wordpress.com on Jan 26th, 2012.
‘Ancol’, mungkin kata disamping identik dengan sebuah tempat wisata menarik yang terletak di ibukota negara kita tercinta..hehehhe.. Tapi taukah anda kalau Yogyakarta juga memiliki tempat yang dinamai dengan Ancol ?
Ancol terletak di daerah Bligo yaitu sebuah daerah yang terletak diantara perbatasan kota Magelang dengan kabupaten Kulon Progo. Ancol merupakan sebuah pintu air yang berada pada salah satu bagian Sungai Progo, yang dibuat sebagai sumber dan tempat pengatur dari suplai air Selokan Mataram.
Pada bike trip (22/01/2012) kali ini, saya dan teman-teman berkesempatan mengunjungi tempat yang lumayan indah ini:). Pada awalnya ‘kami tidak memiliki rencana untuk sepedaan ke Ancol’. Kami berlima yang terdiri dari dua orang yang sedang melepas masa lajangnya sebagai mahasiswa (Cipto dan Ardhyan ‘Tyson’), Farhan, Ms Dadang dan Saya hanya berencana untuk melakukan sebuah perjalanan ke barat selokan (Go-West) menyusuri Selokan Mataram. Tapi, karena mungkin berjodoh, akhirnya pelabuhan terakhir bike trip kali ini pun berada di Ancol.
Ancol terletak di daerah Bligo yaitu sebuah daerah yang terletak diantara perbatasan kota Magelang dengan kabupaten Kulon Progo. Ancol merupakan sebuah pintu air yang berada pada salah satu bagian Sungai Progo, yang dibuat sebagai sumber dan tempat pengatur dari suplai air Selokan Mataram.
Pada bike trip (22/01/2012) kali ini, saya dan teman-teman berkesempatan mengunjungi tempat yang lumayan indah ini:). Pada awalnya ‘kami tidak memiliki rencana untuk sepedaan ke Ancol’. Kami berlima yang terdiri dari dua orang yang sedang melepas masa lajangnya sebagai mahasiswa (Cipto dan Ardhyan ‘Tyson’), Farhan, Ms Dadang dan Saya hanya berencana untuk melakukan sebuah perjalanan ke barat selokan (Go-West) menyusuri Selokan Mataram. Tapi, karena mungkin berjodoh, akhirnya pelabuhan terakhir bike trip kali ini pun berada di Ancol.